Prabowo Tak Terlibat Pembunuhan dan Penculikan Aktivis Demokrasi di Tahun 1998!

- 9:54 PM
advertise here
advertise here
Nama Prabowo Subianto sering disebut-sebut sebagai dalang penculikan dan pembunuhan sejumlah aktivis di era tahun 1998. Prabowo yang mengkomandoi Tim Mawar disebut telah menculik sejumlah aktivis dan mahasiswa pro demokrasi.

Menurut Bondan Haryo Winarno yang pernah pemimpin redaksi di 3 media nasional, serta diakui sebagai wartawan investigatif andal yang sudah meneliti rekam jejak Prabowo, Tim Mawar yang dikomandoi oleh Prabowo tidak pernah menculik apalagi membunuh para aktivis.

"Tuduhan kedua: @Prabowo08 menculik & membunuh aktivis demokrasi. Sebenarnya: Tim Mawar bergerak cegah terorisme," tulis Bondan dalam akun Twitter-nya, @PakBondan yang dikutip merdeka.com, Senin (31/3).

Pak Bondan menyebut, sebelum Tim Mawar dapat perintah mengamankan terduga teroris, terjadi peledakan bom di Jakarta Januari 1998. Menurutnya, peledakan bom ini salah satunya di Tanah Tinggi yang ditujukan untuk mengganggu Sidang Umum MPR bulan Maret 1998.

"Pada saat itu, perintah 'mengamankan' bisa diartikan 'menghabisi'. Tim Mawar tidak menghabisi mereka yang diamankan. Malahan, mereka yang diamankan dan dilepas oleh Tim Mawar, sebagian sekarang bergabung di @Gerindra," tulis Bondan lagi. "Apakah mereka mau bergabung dengan @Gerindra jika @Prabowo08 benar kejam seperti dituduhkan?" tulisnya lagi.

Sumber:
http://www.merdeka.com/politik/bondan-winarno-bantah-isu-miring-soal-prabowo-di-twitter/penculikan-aktivis-dan-mahasiswa.html





EKS KETUA BEM TRI SAKTI: PRABOWO TAK TERLIBAT PENCULIKAN AKTIVIS

Jakarta - Beredar rekomendasi pemecatan Letnan Jenderal Prabowo Subianto dari TNI yang dikeluarkan oleh Dewan Kehormatan Perwira pada 21 Agustus 1998 silam. Namun di mata eks Ketua BEM Tri Sakti, Andre Rosiade, Prabowo tak terkait penculikan aktivis seperti yang dituduhkan Dewan Kehormatan Perwira itu.

"Kalau saya menganggap yang perlu kita pegang itu kan produk hukum bukan DKP. Sudah ada putusan pengadilan ada 11 orang disidang di pengadilan. Dan terbukti secara sah dan meyakinkan di pengadilan Prabowo tidak terlibat kasus penculikan itu," kata Andre kepada wartawan, Senin (9/6/2014).

Keputusan Dewan Kehormatan Perwira, menurut Andre, bukanlah produk hukum. Rekomendasi DKP telah tertutup dengan keputusan hukum tetap yang menyatakan Prabowo tak terlibat penculikan.

"Dan yang penting Prabowo meski tidak bersalah tapi dia mengambil alih tanggungjawab karena itu anak buahnya. Tapi setelah diuji di pengadilan ternyata tidak terlibat sama sekali," katanya.

"Ini bedanya dengan Jokowi di kasus Trans Jakarta kok saya disuruh tanggungjawab, sedangkan Prabowo mengambilalih tanggungjawab. Pemimpin itu harus mengambilalih tanggungjawab dari anak buahnya," imbuh Andre.

Andre kemudian menyatakan rasa herannya kenapa masalah penculikan dan tim mawar dimainkan jelang Pilpres 2014 ini. Padahal di Pilpres 2009 silam masalah ini tak disentuh.

"Lalu ke mana Pak Luhut dan Pak Hendropriyono, kenapa pas 2009 tidak meributkan hal itu," katanya.

Andre yang juga pendiri BEM se-Indonesia ini pun telah mendeklarasikan dukungan ke Prabowo Subianto. Dia menegaskan memilih Prabowo karena sesuai dengan agenda reformasi.

"Kita atas nama pendiri BEM SI mendukung Pak Prabowo Subianto. BEM SI ini beranggotakan ketua Ketua BEM masing-masing kampus yang dipilih langsung, sehingga sangat legitimate mewakili kampus. Alasan kita memilih Prabowo-Hatta karena membawa agenda reformasi," pungkasnya.

Sumber:
http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/06/09/143155/2603021/1562/eks-ketua-bem-tri-sakti-prabowo-tak-terlibat-penculikan-aktivis



FORUM AKTIVIS 98 BULATKAN DUKUNGAN KE PRABOWO-HATTA

TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA - Forum Aktivis 98 dan pendiri Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia akhirnya secara resmi memberikan dukungan kepada Pasangan Prabowo-Hatta pada Pilpres 9 Juli nanti.

Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI) adalah kumpulan dan organisasi para aktivis kampus, mantan para presiden mahasiswa, ketua senat mahasiswa, ketua BEM se-Indonesia.

Pendirinya adalah para pimpinan mahasiswa yang pernah terlibat dalam aksi-aksi reformasi 98 dan menelurkan butir-butir tuntutan reformasi.

Humas Pertemuan, Bambang Prayitno, yang merupakan mantan Presma Unmul-Kaltim, Kamis (5/6/2014), mengatakan para aktivis tersebut pada siang tadi 5 Juni 2014 secara berombongan mendatangi markas pemenangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Rumah Polonia Jl. Cipinang Cempedak pada jam 1 siang.

Puluhan aktivis yang notabene mantan-mantan Ketua dan Presiden BEM dari seluruh Indonesia ini menyatakan kebulatan tekad mendukung pasangan nomor urut 1 itu. Demikian rilis yang diterima Tribun.

Rombongan diterima langsung oleh Sekretaris Pemenangan Prabowo-Hatta Fadli Zon dan Ketua Umum DPP Gerindra Prof. Suhardi.

Setelah berbincang cukup lama dengan Fadli Zon, Forum Aktivis 98 dan Pendiri BEM SI secara terbuka di depan seluruh media massa nasional, menyatakan diri untuk memenangkan Prabowo Hatta.

Forum Aktivis 98 dan Pendiri BEM SI sendiri terdiri dari berbagai aktivis lintas daerah yang selalu berkumpul secara rutin bertahun-tahun membicarakan agenda reformasi di Indonesia.

"Kami gelisah melihat masa depan Indonesia dan berharap, Prabowo menjadi obat kegelisahan kami. Masa depan Indonesia berada pada titik start loncatan menghadapi pasar bebas asean, yang membutuhkan kepemimpinan nasional yang tangguh yang dapat memberikan keputusan cepat, cermat dan membawa Indonesia kembali sebagai pemimpin dunia" kata Andre mantan Presiden BEM Trisakti, salah satu penggagas pertemuan dari Kaltim.

Andre menambahkan bahwa Prabowo adalah pilihan tepat bagi rakyat Indonesia karena sepanjang karier militernya, Prabowo telah berjibaku dan menggadaikan nyawanya demi kedaulatan dan kehormatan Indonesia.

Rahman, mantan Presiden BEM UGM yang merupakan salah satu penggagas acara pertemuan, menyatakan bahwa sosok Prabowo yang selama ini digambarkan akan menjadi sosok otoriter adalah bentuk kampanye hitam dan merupakan berita yang membodohi rakyat.

"Sebab bagaimana mungkin Prabowo dikatakan akan menjadi otoriter, sementara ia dengan sabar telah menempuh prosedur demokrasi dalam pertarungan kekuasaan dengan membuat partai dan mengikuti berbagai proses yang demokratis, padahal ia seorang Jenderal yang pada 1998 termasuk jenderal yang kuat yang jika ia mau, ia bisa saja melakukan kudeta" katanya.

"Tapi Prabowo tidak melakukan kudeta. Itulah bentuk paling nyata bahwa Prabowo adalah sosok negarawan dan tidak mungkin akan menjadi otoriter jika berkuasa. Dan kita juga harus sadari, di Indonesia, kekuasaan di 3 kekuasaan tertinggi, sekarang sudah cukup terdistribusi kekuatannya, maka sangat lucu jika Prabowo bisa berlaku semena-mena, padahal kita punya "heavy parliament" atau lembaga penyeimbang yang kuat"

"Kami bulat mendukung, memperjuangkan, dan memilih pasangan Prabowo-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019" ujar Mantan Ketua BEM UHAMKA, Didin Supriadin.

Didin yang juga Ketua Komisi E DPRD Jawa Barat ini menyatakan bahwa Prabowo adalah sosok tegas dan disiplin yang diharapkan mampu membuat Indonesia bangga di mata dunia karena kebijakan-kebijakan pro-kedaulatan dan kemandiriannya.

Sementara Taufik Riyadi, mantan Ketua BEM Universitas Indonesia menyerukan kepada semua elemen mahasiswa dan mantan aktivis 98 yang terlibat dalam Pilpres untuk memberikan pendidikan politik santun dan objektif kepada masyarakat.

"Jangan mengajarkan keburukan kepada rakyat dengan melakukan kampanye hitam kepada calon presiden. Mari kita kawal proses demokratisasi di Indonesia, dengan memberikan pendidikan politik cerdas, bahwa sudah saatnya kita memilih Presiden dengan melihat visi dan misinya dalam membangun Indonesia kedepan".

Bambang Prayitno, mantan Presma Unmul menyatakan bahwa dukungan Aktivis 98 dan Pendiri BEM SI akan dilanjutkan dengan membuat jaringan aktivis 98 dan para aktivis BEM untuk terlibat memenangkan Prabowo.

"Prabowo adalah harapan bagi tuntasnya reformasi. Kami akan membuat posko-posko berbasis aktivis dari latar belakang gerakan dan mengajak kepada kaum intelektual kampus serta rakyat untuk memilih Prabowo-Hatta," katanya.

"Kami juga menyerukan agar lembaga penyelenggara Pemilu untuk mengadakan Debat head to head Prabowo lawan Jokowi tentang visi-misi masing-masing. Agar kita tidak lagi mendengar jawaban "akurapopo" dari Jokowi kalau ditanya visi-misi," katanya.

Forum Aktivis 98 dan Pendiri BEM SI ini juga menyatakan, jika terpilih, Forum yang berisi para aktivis penelur butir-butir reformasi dan demonstran tahun 98 itu juga meminta pasangan Prabowo-Hatta menuntaskan Reformasi yang belum maksimal dan membawa bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, mandiri di segala bidang, serta berkepribadian dalam kebudayaan.

Adapun aktivis 98 dan Pendiri BEM SI yang hadir pada siang tadi sekitar 32 aktivis dari berbagai kampus di Indonesia, seperti Lampung, Jawa, Sumatra dan Indonesia Timur, di antaranya adalah eks Presiden Mahasiswa UI Taufik Riyadi, eks Presma UGM Rahman, eks Presma Trisakti Andre Rosiade, eks Presma Unmul Bambang Prayitno, eks Presma ITB Iqbal, eks Presma ITS Handik Setiawan, eks Presma IPB Samsani Sudrajat dan lain-lain (*)

Sumber:
http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/06/05/forum-aktivis-98-bulatkan-dukungan-ke-prabowo-hatta



Eks Ketua BEM Sebut Prabowo Tak Terkait Kasus Trisakti

Jakarta - Eks Ketua BEM Universitas Trisakti, Andre Rosiade, telah mendeklarasikan dukungan BEM se-Indonesia mendukung Prabowo-Hatta. Pembelaan pun terus digulirkan, dari soal penculikan aktivis sampai kasus penembakan 4 mahasiswa Trisakti.

"Soal kasus Trisakti ini kan setelah kasus penembakan pada 12 Mei 1998 yang mengakibatkan 4 mahasiswa meninggal itu kan ada proses hukum. Proyektil yang berada di tubuh korban setelah diuji di Puslabfor disebut bukan polisi penanggungjawabnya, tapi diuji di ITB identik dengan senjata Gegana yang di atas jembatan, tapi polisi tak mengakui," kata Andre Rosiade kepada wartawan, Senin (9/6/2014).

Kemudian proyektil tersebut dibawa ke Singapura sampai Hong Kong. Namun polisi lagi-lagi tidak mau mengakui karena kedua negara tidak memegang sertifikasi labfor dunia. Namun kemudian Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berbicara dengan PM Inggris kala itu.

"Proyektil kemudian bisa diidentifikasi di Irlandia. Hasilnya ternyata sama seperti Singapura dan Hong Kong bahwa proyektilnya menyerupai milik polisi. Kemudian anggota tersebut diproses," ungkapnya.

Dia lantas mengklarifikasi adanya spekulasi bahwa yang menembak adalah Kopassus dari Mal Citraland. Demikian juga spekulasi lainnya terkait pemicu kisruh 1998 ini.

"Seluruh jendela dites dan usianya sama, dari bawah jembatan tidak ada sudut tembak, dari gedung C (Trisakti) yang baru dibangun terakhir juga tidak ada sudut tembak. Jadi pasukan Gegana yang melakukan penembakan, Prabowo dikaitkan itu tidak benar," katanya.

Sumber:
http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/06/09/151504/2603081/1562/eks-ketua-bem-sebut-prabowo-tak-terkait-kasus-trisakti?992204topnews



MENGAPA TRISAKTI MENDEKATKAN DIRI KE PRABOWO?
Alumni Tri Sakti Deklarasikan Dukungan ke Prabowo


Setelah ITB menyuarakan penolakan terhadap Jokowi dalam politik praktis di kampus dan kemudian disambar oleh alumnus Universitas Trisakti dengan mendukung secara penuh pencalonan Prabowo sebagai presiden membuat kontestasi politik lebih dinamis. Mengapa? Karena kampus yang pada tahun 1998 menjadi epicentrum benturan fisik antara aparat dengan aktifis dan mahasiswa.

Tertembaknya Elang Mulia Lesmana, mahasiswa Trisakti dan mengakibatkannya tewas bersimbah darah di trotoar di depan kampusnya. Peristiwa yang bukan menciutkan nyali para pejuang reformasi tersebut malahan melecutkan militansi yang kian tinggi dan berakhirnya masa orde baru dibawah rejim Soeharto. Mahasiswa saat itu telah memberikan bagi rakyat Indonesia bagaimana melawan sebuah rejim. Bagaimana membuat sebuah orde yang diyakini sebagian rakyat Indonesia orde yang menghisap kemakmuran untuk kelompok dan kroninya terjungkal ditandai dengan pidato yg ‘hening’ dari Soeharto.

Tragedi Trisakti setidaknya menyisakan sebuah misteri yang besar, siapa yang menembak para mahasiswa tersebut. Meskipun beberapa pihak melihat dengan jelas para sniper bersliweran di puncak gedung-gedung sekitar Slipi untuk membidikkan laras senjata mereka dengan tujuan memberikan sebuah kesan bahwa negara tidak secara penuh membiarkan aksi-aksi massif dari masyarakat mengekspresikan perlawanannya.

Kasus 12 Mei itu banyak yang diidentifikasikan, tidak hanya Prabowo. Namun hanya Prabowo yang konsisten untuk menyelesaikan ini, bahkan di depan kita dan orangtua korban dia pernah bersumpah di atas Al Quran menyatakan dia tidak terlibat,” kata Ketua Forum Alumni dan Mahasiswa Trisakti Todotua Pasaribu saat acara ‘Deklarasi Forum Alumni dan Mahasiswa Trisakti untuk Mendukung Bapak H Prabowo Subianto sebagai Presiden RI‘ di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (10/5/14).

Pertanyaannya, mengapa Trisakti seperti melawan arus dengan mendukung pencapresan Prabowo yang saat itu hingga sekarang dituding menjadi mind master dan orang nomor satu yang harus bertanggung jawab? Mengapa Trisakti seperti memasuki sebuah lorong waktu yang melontarkan mereka puluhan tahun kedepan dan menafikan tragedi Trisakti? Apa betul mereka yakin Prabowo terlepas secara hukum terkait peristiwa yang banyak memakan korban mahasiswa tersebut?

Hal ini yang menggugah kesadaran politis dan jiwa dari rakyat Indonesia. Mengapa para alumnus Trisakti, kampus yang telah memberikan martir politik untuk kebangkitan Indonesia melawan arus persepsi publik. Dimana para pesaing (kubu capres lainnya) masih getol menyuarakan betapa Prabowo harus bertanggung jawab terhadap kasus Trisakti.

Tindakan berani dan bisa dinyatakan sebagai tindakan kontroversial dari alumnus Trisakti setidaknya membangunkan kesadaran bahwa Indonesia harus dikeluarkan dari kemanjaan politik dan persepsi negatif yang tidak berdasarkan fakta apapun terkait provokasi yang dibangun secara sistimatis oleh kubu capres lainnya. Menyatakan Prabowo sebagai oknum yang harus dihukum dan mendapatkan trial by the press yang disetting sedemikian rupa menunjukkan jatidiri sebuah kelompok yang nyaris memenuhi memory chips mereka dengan diksi, “aku ora popo“.

Indonesia butuh spirit seperti yang dicontohkan civitas akademika dan BEM Trisaksi saat 1998 itu, butuh enerji perlawanan yang membangkitkan spirit perlawanan bukan semangat pembangunan mental dengan kalimat mellow dan mendayu-dayu dan galau menunggu instruksi ibu Ketua Umum.




Berbagai berita tentang deklarasi alumni Trisakti:
  • http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/10/269576822/Alumni-Trisakti-Deklarasikan-Dukungan-ke-Prabowo 
  • http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/05/10/154002/2579057/1562/alumni-trisakti-deklarasi-dukung-prabowo?992204topnews
  • http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/05/10/forum-alumni-dan-mahasiswa-trisakti-dukung-prabowo-subianto
  • http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/05/10/240387/prabowo-dapat-dukungan-forum-alumni-trisakti
  • http://nasional.inilah.com/read/detail/2107194/aktivis-98-dan-bem-si-dukung-prabowo-hatta

Advertisement advertise here
 

Start typing and press Enter to search