Achmad Subagio Mendapat Penghargaan Karena Singkong

- 6:01 PM
advertise here
advertise here
Singkong atau ketela sangat lekat dengan bangsa Indonesia. Beberapa makanan khas daerah Indonesia bahkan banyak yang berasal dari singkong. Sebut saja colenak dan peuyeum yang telah melalui proses fermentasi.

Berkat singkong itulah Prof Achmad Subagio, pria asal Jember, Jawa Timur, mendapatkan penghargaan Cipta Lestari Kehati karena telah mengelola sumber pangan lokal di lahan-lahan marjinal, menjadikan lahan kritis menjadi hidup kembali salah satunya adalah menanaminya dengan singkong.

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, singkong adalah makanan kelas dua. Namun, bagi Profesor Achmad Subagio singkong sudah sangat dekat dan menjadi bagian hidupnya di masa kecil, seperti dilansir dari antaranews.com.

Dalam gambaran besar Subagio, Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk yang terus bertambah. Kenyataan ini tentunya akan memunculkan kebutuhan pangan yang besar. Jika hanya bergantung pada beras, maka negara ini akan terus menerung melakukan impor.

“Diperlukan sumber pangan alternatif,” ujarnya.
Agar memberikan hasil yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan pangan, sumber pangan alternatif tersebut harus mampu tumbuh di lahan marjinal (lahan-lahan kritis atau lahan yang tidak digarap dengan baik).

Menurut data yang dia pegang, lahan kurang subur itu ada sebanyak 60% dari total lahan yang dimiliki Indonesia.

Untuk memanfaatkan lahan kritis tersebut, Subagio tidak hanya menggunakan komoditas singkong saja. Dia juga membudidayakan kacang koro sebagai alternatif protein masyarakat. Beragam jenis koro mampu tumbuh di lahan kering dan cenderung kurang subur. Kacang koro juga bisa menjadi pengganti kedelai dalam pembuatan tempe, panganan yang sudah sangat familiar dengan lidah masyarakat Jawa

Melalui upaya mengelola singkong dari hulu sampai hilir, Subagio sebenarnya telah memberikan pilihan terhadap terwujudnya kedaulatan pangan Indonesia. Esensi kedaulatan adalah mandiri, yaitu menggunakan produk lokal sehingga tidak bergantung pada impor. Saat ini, dia terus mengeksplorasi lahan-lahan marjinal untuk dapat menanam singkong dan koro-koroan. Seperti yang dia lakukan di pesisir pantai Jember yang teksturnya sangat berpasir. Beberapa jenis singkong dan koro berhasil tumbuh, hal ini menunjukkan harapan baru bagi sumber pangan Indonesia. (fie/antara)
Advertisement advertise here
 

Start typing and press Enter to search